SITUBONDO - Beginilah proses awal
pengolahan kopi oleh kelompok red baderan di Sumbermalang Situbondo. Biji kopi
merah diseleksi secara manual, dipisahkan dari kulitnya, lalu dimasukkan ke
mesin khusus, yang mereka sebut mesin ohmic.
Mesin ohmic adalah alat fermentasi temuan Universitas Hasanuddin dibawah kepemimpinan rektor Prof Jamaluddin Jompa. Alat ini diperoleh melalui penelitian selama enam tahun berkolaborasi dengan Dikti.
Melalui pengendalian suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan dalam tabung tertutup, dalam 24 jam biji kopi terfermentasi secara alami, menghasilkan rasa khas seperti kopi luwak.
Asmi Citra Malina, direktur inovasi dan kekayaan intelektual yang mewakili
rektor unhas menyebut, teknologi ini sudah diuji produksi massal oleh koperasi
merah putih yang membina kelompok petani Red Baderan. Setiap hari, mesin ini
mampu mengolah hingga 75 kilogram biji kopi mentah.
Diolah melalui
fermentasi buatan ini , kopi arabika bisa bernilai grade 87 . Artinya kualitas
kopi luwak melampaui pada umumnya bernilai 85 . Dalam sekali produksi , nilai
ekonomisnya setara memelihara 7.500 ekor luwak , tanpa resiko kesengsaraan hewan
dan kontroversi lingkungan.
Jika selama ini kopi petani hanya dijual dalam bentuk greenbean seharga 50
sampai 70 ribu per kilogram, maka kini dengan teknologi ohmic, nilai jualnya
meningkat hingga 175 ribu rupiah per kilogram. Membuktikan bahwa tagline dikti
yaitu KEMENDIKTISANTEK berdampak.
ANDI NURCHOLIS , JTV.